Monday, November 21, 2011

Sinopsis Novel Jangan Ambil Nyawaku

Mengkisah tentang perjuangan hidup mati Martha dan suaminya Hans Tobing bersama tiga orang anaknya Riri, Kiki dan Nino. Martha yang mengalami penyakit maut kanker yang begitu serius dan mendapat rawatan daripada dokter Rustamadi dan temannya dokter Liem. Selama dua bulan Martha mendekem di hospital, ternyata perhatian yang didapatkan sangat menyentuh perasaannya. Lalu suatu ketika ditanyakan kepada Hans Tobing, suaminya serta semua yang ada.


" Katakan sejujurnya, Erni, aku juga ingin mendengar. Jelekkah hasil rontgent kemarin?”
" Tida apa-apa! " Dia menjawab sambil memalingkan kepala.
" Kalau kau tidak mau berterus-terang, aku tanya dokter Liem, atau dokter Kodrat, atau siapa saja. Aku toh yang  bersangkutan, dan tidak mau dibohongi. "
" Kumat sedikit saja. "
" Bohong! "
" Habis! "
" Kau kumat sedikit, tidak begini sesaknya. Rasanya kembali saperti sebelum diinjeksi. " ( hal. 117 )

Rumah Sakit adalah tempat manusia-manusia hilang kodratnya. Namun rumah sakit juga tempat terluahnya kasih sayang yang tak terbilang oleh kata. Titie Said memilih topik ini untuk menjelaskan kepada audien bahwa penawar paling mujarad adalah belaian kasih sayang. Pesakit tidak terlalu memerlukan ubat untuk sembuh tetapi memerlukan semangat untuk detik-detik terakhirnya. Kasih sayang adalah energi paling sesuai mengubati penyakit maut seperti kanker ini. Dan Martha ternyata berhasil dengan itu. Karena kebahagiaan yang diterima itu, Martha pernah menyuarakan, aku tidak peduli lagi kapan harus mati. ( 1979 : 411 ) Namun kematian telah diganti dengan yang lain. Tidak semena-mena dokter Kahar tewas dalam kecelakaan pesawat terbang. Dokter Kahar adalah suaminya dokter Erna, dokter yang merawat sebaik-baiknya untuk Martha. Anehnya, pernikahan dokter Erna dan dokter Kahar adalah dari sarananya Hans Tobing. Semua cerita seakan kait berkait. Sudah semestinya dalam suasana babak-belur begini, kerahasiaan-kerahasiaan harus disimpan penuh teliti bagi menjaga si pesakit. Di sinilah anehnya sastra sebagai terapi dan  kabar kepada masyarakat bagaimana untuk menjaga pasien pesakit.

Daftar Pustaka
Titie Said, Jangan Ambil Nyawaku, Utusan Melayu Publication, Kuala Lumpur, 1979

Sumber : http://horisononline.com/esai/janan-ambil-nyawaku-masterpiece-titie-said

No comments:

Post a Comment